Laman

Rabu, 11 Mei 2011

SELAMAT DATANG DI BLOGG KAMI


Blog ini kami buat untuk mengenali lebih dekat lagi dengan lingkungan alam sekitar kita,bagaimana cara kita untuk melestaraikannya serta menjaganya agar generasi berikutnya dapat menuai dan melanjutkan kelestarian alam tersebut.


ANGGOTA KELOMPOK    :
1. YULIANTO
2. SAID PUTRA
3. AMI FITASARI
4. MAULIDA AGUSTIN
5. NIA FORNITA
6. ELINDA ALFAHMIE AGUSTINA
7.MASLIKHAH YULIYANTI
8. IDA FITRIANI
9. ACHMAD BUROYDAH
10.MUHAMMAD FAISALYANI

Sabtu, 30 April 2011

Wisata Kampung Baduy Di Banten

Orang Baduy tinggal di kawasan perbukitan gunung Kendeng, Banten. Secara turun-temurun, mereka menjunjung tradisi hidup selaras dengan alam. Memberikan pencerahan jiwa bagi tamu yang datang.

Kampung Baduy merupakan perkampungan di lereng bukit yang tertata secara asri nan damai di tepi sungai berarus deras dengan airnya yang jernih. Pagi hari menjadi awal hampir semua masyarakat Baduy memulai aktivitas. Kaum pria berladang, wanita menenun kain baik untuk dipakai sendiri ataupun dijual sebagai cendramata, sedangkan anak-anak bermain ceria.

Hidup dan belajar bersama alam

Di Baduy, tidak pernah didirikan sekolah formal seperti pada umumnya karena secara adat, penghuni kampung Baduy dididik dari alam dan orangtua mereka sendiri. Karenanya, suku etnis Baduy tidak mengenal aktivitas baca-tulis. Bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa Sunda dengan dialek Sunda Kulon.
Sebenarnya, setiap orang yang mengerti bahasa Sunda tidak mengalami kesulitan berkomunikasi dengan mereka. Sebab, perbedaannya hanya terletak pada intonasi pengucapan. Sementara bahasa Indonesia biasanya hanya dimengerti oleh kaum muda Baduy.

Kampung Baduy memberikan kedamaian dan ketenangan jiwa bagi penghuninya. Mereka tidak diperbolehkan menggunakan kendaraan bermotor, radio, televisi, lampu penerangan, dan segala sarana dari sumber energi listrik yang dihasilkan dari kebudayaan modern. Untuk mengolah padi menjadi beras, misalnya, orang Baduy tidak menggunakan mesin, melainkan penumbuk lisung dan alu yang biasanya dikerjakan oleh kaum wanita.

Membuat gula aren juga salah satu mata pencaharian mereka. Gula aren atau enau menjadi hasil pertanian yang banyak diminati masyarakat luar Baduy karena rasa dan aromanya sudah tersohor, salah satu sebagai bahan pembuat minuman kebugaran tubuh.

Sementara itu, orang Baduy hanya mengenal dua warna pakaian, yaitu hitam atau warna gelap (biru tua) untuk orang Baduy luar dan putih untuk Baduy dalam. Ikat kepala bernama Udeng selalu dikenakan kaum laki-laki, baik anak-anak maupun dewasa. Sementara, kaum wanita Baduy selalu mengenakan pakaian bermodel kebaya dan kain.

Destinasi wisata

Tempat-tempat menarik di Baduy, antara lain rumah adat orang Baduy yang dibuat heterogen. Tidak ada seseorang dengan status sosial kaya ataupun miskin, karena mereka membuat rumah secara seragam; dari bambu, kayu dan beratap ijuk atau daun sejenis pandan.

Lumbung padi juga memiliki daya tarik tersendiri karena memiliki bentuk khas sebagai tempat penyimpanan hasil panen. Padi yang disimpan di dalamnya bisa tahan bertahun-tahun sebagai cadangan pesta atau musim paceklik.

Keindahan sungai Ciujung yang mengaliri sepanjang perkampungan Baduy menjadi daya tarik lainnya. Air belum tercemar, arus derasnya juga banyak diminati pengunjung untuk menyempatkan berenang dan mandi. Apalagi, kesempatan emas ini tidak mungkin didapat di sungai-sungai perkotaan.

Sabtu, 23 April 2011

Taman Wisata Alam Kapuk Angke Jakarta Utara

Berwisata di Jakarta tak cuma mall atau tempat hiburan dan permainan. Taman, laut, dan hutan bakau (mangrove) pun ada. Tidak ada salahnya kita mencoba berwisata ke Taman Wisata Alam Angke Kapuk, Jakarta Utara.

Taman Wisata Alam Angke Kapuk adalah salah satu kawasan konservasi alam yang berekosistem mangrove. Areal seluas 99,82 hektar ini memiliki vegetasi utama berupa pepohonan mangrove atau yang sering disebut pepohonan bakau.


Menurut pengelola Taman Wisata Alam  Angke Kapuk, keberadaan mangrove hampir hilang. Kondisinya semakin parah karena terjadi perambahan dan perubahan fungsi kawasan secara ilegal seperti pengusahaan tambak dan munculnya permukiman liar.

Banyaknya perubahan fungsi lahan di pantai utara Jakarta membuat kawasan ini menjadi satu-satunya areal hijau yang masih dapat dikembangkan untuk kepentingan peningkatan kualitas lingkungan hidup.

Kini kawasan Taman Wisata Alam Angke Kapuk ditetapkan sebagai kawasan hutan wisata yang akan dimanfaatkan untuk kegiatan penghutanan kembali atau rehabilitasi hutan mangrove dan kegiatan pariwisata alam.

Mengunjungi Taman Wisata Alam Angke Kapuk akan merasakan sesuatu yang lain. Tak ada kemacetan atau asap yang menyesakkan dada, setelah melewati pintu gerbang, pengunjung disambut dengan pepohonan yang asri, berjalan lebih jauh lagi, pengunjung sudah dapat melihat pepohonan khas Taman Wiasata Alam Angke Kapuk, yakni tanaman bakau.



Di dalam area itu tampak berdiri belasan camping ground. Lokasi ini memang disediakan oleh pengelola untuk pengunjung Taman Wisata Angke Kapuk yang ingin bermalam atau berkemah, satu camping ground bisa digunakan oleh maksimal tiga orang, dengan biaya Rp 300.000 per hari, para pengunjung sudah mendapat fasilitas sarapan pagi. "Untuk kebutuhan lainnya pengelola menyediakan di lokasi," selain fasilitas camping ground, pengelola Taman Wisata Alam Angke Kapuk juga menyediakan paket penanaman mangrove. Untuk kegiatan ini bibit mangrove disediakan loleh pengelola.

Masyarakat tidak hanya bisa berwisata alam, tapi juga dapat melakukan penelitian mengenai tanaman mangrove dan fauna yang ada di areal itu. Melalui Taman Wisata Alam ini diharapkan terbangunnya opini masyarakat tentang pentingnya upaya melestarikan tanaman mangrove.

Di Taman Wisata Alam Angke Kapuk, pengunjung juga dapat melihat berbagai jenis tanaman dari jenis mangrove dan jenis hutan pantai. Seperti Bidara, Warakas, Api-api, Cantinggi, Buta-buta, dan Bakau.

Sedangkan dan jenis flora pantai atau rawa yang terdapat di Taman Wisata Alam Angke Kapuk Antara lain Waru Laut, Bluntas, Mendongan, Kedondong Laut, Dadap, Ki Hujan, Flamboyan, Ki Tower, dan Duri Busyetan.

Sementara jenis-jenis fauna yang mendominasi kawasan Taman Wisata Alam Angke Kapuk, umumnya adalah jenis-jenis burung merandai dan hampir seluruhnya merupakan satwa yang dilindungi. Seperti Pecuk ular, Kowak maling, dan Kuntul putih.


Menuju Taman Wiasata Alam Angke Kapuk

- Kendaraan pribadi atau carteran: Dari Jalan Tol Dalam Kota menuju arah Bandara Soekarno-Hatta, kemudian keluar arah Kamalmuara atau Cengkareng.
- Dari Jalan Tol Prof Sedyatmo menuju arah Bandara Soekarno-Hatta kemudian keluar di Km 20 dan selanjutnya mengambil tujuan Pantai Indah Kapuk
- Kendaraan umum: Dari Terminal Bus Kalideres naik angkutan menuju Cengkareng, selanjutnya naik angkutan umum yang ke arah Kamalmuara.
- Dari Terminal Bus Kampung Rambutan naik angkutan menuju Muaraangke berhenti di pintu gerbang Perumahan Pantai Indah Kapuk. Selanjutnya menggunakan ojek sepeda motor menuju lokasi.

Minggu, 03 April 2011

SELAMAT DATANG DI BLOG KAMI

Blog ini kami buat untuk mengenali lebih dekat lagi dengan lingkungan alam sekitar kita,bagaimana cara kita untuk melestaraikannya serta menjaganya agar generasi berikutnya dapat menuai dan melanjutkan kelestarian alam tersebut.


ANGGOTA KELOMPOK    :
1. YULIANTO
2. SAID PUTRA
3. AMI FITASARI
4. MAULIDA AGUSTIN
5. NIA FORNITA
6. ELINDA ALFAHMIE AGUSTINA
7.MASLIKHAH YULIYANTI
8. IDA FITRIANI
9. ACHMAD BUROYDAH
10.MUHAMMAD FAISALYANI